Oleh: Haikal
🧑‍💼 Identitas Penulis
|
Haikal, S.KM., M.KM Dosen Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Scopus ID: 57330903300 Sinta ID: 6731731 |
|
Aprianti, S.KM., M.Kes (Editor) Dosen Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Sinta ID: 6742392 |
Slice of life

Pesan singkat tiba di ponsel cerdas jam 5 pagi. Sedikit mengusap mata, ditengah pertarungan antara sadar dan tidak sadar. “Inallilahi Rojiun…” Kalimat pembuka yang dapat mempercepat proses bangun manusia. Kaleng ikan sarden sisa semalam, belum dipulangkan ketempat sampah, penyelamat anak kost di tanah rantau, yang kini dicap berbahaya, penyebar AIDS dari pekerja yang gabut.
Berperang dengan Hoax di Bidang Kesehatan
Pesan singkat yang dikirimkan oleh keluarga terdekat. Yang tua, yang muda, yang mengenyam pendidikan tinggi atau tidak, semua punya kemungkinan untuk menyebarkan informasi yang keliru. Hoax di bidang Kesehatan sangat mudah menyebar karena informasi kesehatan sangat berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Hal tersebut menyebabkan Hoax di bidang kesehatan menjadi sasaran empuk bagi oknum penyebar Hoax. Â Satu persen hoax paling populer dapat menyebar ke 1000 hingga 100.000 orang, sementara informasi valid jarang menyentuh lebih dari 1000 orang.
Banyak perbedaan antara hoax di bidang kesehatan dengan hoax di bidang yang lain. Niat baik atau kepedulian untuk ingin berbagi informasi untuk meningkatkan kesehatan tetapi malah ikut dalam penyebaran berita hoax di bidang kesehatan. Itulah menjadikan penting untuk menyaring sebelum berbagi, sehingga niat baik bisa tepat sasaran.
Hoax di bidang kesehatan, dapat menghambat program penanggulangan permasalahan kesehatan, menghambat perubahan perilaku seseorang serta mengancam nyawa. Sebagai contoh, salah satu upaya penanggulangan penyebaran Covid-19 yaitu dengan menggunakan masker. Namun, akibat hoax yang menyebutkan bahwa penggunaan masker berbahaya bagi tubuh sehingga seseorang menolak untuk menggunakan masker. Pada contoh yang lain, seseorang akan menolak vaksin karena menganggap bahwa vaksin dapat menyebabkan kelumpuhan serta kematian. Seorang anak yang seharusnya mendapatkan perlindungan dari penyakit akhirnya tidak mendapatkan hal tersebut. Karena apa ? hoax informasi kesehatan.
Hal inilah yang kemudian menjadi alarm akan pentingnya upaya memerangi hoax di bidang kesehatan. Jangan sampai, niatan baik dan kepedulian malah mengancam nyawa dari orang yang paling disayang.
Mahasiswa agent untuk melawan Hoax
Data menyebutkan pengguna media sosial terbanyak berasal dari kalangan mahasiswa. Hal ini, bisa menjadi angin penyejuk jika mahasiswa bisa menjadi agent untuk berperang melawan Hoax. Mahasiswa yang secara moral bertanggungjawab atas penyebaran informasi yang valid dan meng-counter misinformasi tersebut. Namun akankah mahasiswa malah ikut serta dalam rangka menyipratkan bensin ditengah ledakan hoax informasi kesehatan tersebut.
Menjawab tantangan tersebut Haikal dkk, melakukan penelitian untuk mengevaluasi peran mahasiswa kesehatan masyarakat dalam mengatasi hoax kesehatan, penilaian kemampuan digital health literacy menjadi hal yang paling sederhana yang dapat dilakukan. Â Digital health literacy merupakan keterampilan, pengetahuan dan praktek berkaitan dengan kesehatan yang dibutuhkan seseorang agar dapat berfungsi secara maksimal di dalam komunitas e-Health dan informasi berbasis digital. Kemampuan Digital health literacy menjadi kunci dalam menghambat penyebaran informasi hoax di bidang kesehatan. Pengukuran kemampuan Digital health literacy telah dikembangkan di Indonesia dan dapat diakses dengan mudah melalui website sicerdik.dinus.ac.id. Pada web tersebut, juga telah dikategorikan kemampuan Digital health literacy yang dimiliki pengguna (dengan kategori beginner, independent, advanced dan expert). Selain itu kuesioner yang menjadi cikal bakal pengukuran kemampuan Digital health literacy juga telah divalidasi dan dapat digunakan. Hasil riset peneliti menghasilkan harapan dan optimisme di masa depan mengenai peranan mahasiswa kesehatan masyarakat dalam menghambat laju hoax di bidang kesehatan.
Digital health literacy senjata mahasiswa untuk menangkal Hoax
Mahasiswa mampu menjadi agent untuk melawan laju penyebaran Hoax. Penelitian Haikal dkk medapatkan data Lima dari sepuluh mahasiswa mampu mengelola grup chat di handphone (mis. Facebook messenger atau WhatsApp, Line, Telegram ). Hal ini penting karena mahasiswa kesehatan masyarakat berada pada kategori “advanced” terkait kemampuan Digital health literacy. Kemampuan “advanced” mengindikasikan bahwa mahasiswa kesehatan masyarakat mampu untuk menggunakan perangkat digital dan dapat membantu orang lain dalam mengatasi permasalahan kesehatan di komunitas kesehatan digital. Namun, masih terdapat 2 dari sepuluh mahasiswa yang tidak dapat memilih metode yang paling tepat untuk melindungi data pribadi (misalnya alamat, nomor telepon, dll.) saat berbagi konten digital di media sosial. Penelitian lainnya yang juga berhubungan dengan perilaku mahasiswa dalam menanggapi hoax juga ditemukan masih sekitar satu dari sepuluh mahasiswa memilih untuk mendiamkan hoax di bidang kesehatan. Bahkan masih ada meskipun kurang dari satu persen mahasiswa pernah melakukan penyebaran berita hoax di bidang kesehatan.
Meskipun penelitian baru dilakukan di Fakultas Kesehatan Universitas Swasta di Kota Semarang, instrumen pengukuran digital health literacy dapat dimanfaatkan oleh kampus-kampus lain atau peneliti lain. Pengukuran tersebut dapat digunakan untuk mengukur kemampuan digital health literacy. Dimana hal tersebut penting untuk menghambat penyebaran hoax di bidang kesehatan, yang pada akhirnya akan membantu mahasiswa dalam menyaring informasi dan mengambil keputusan yang tepat. Hasil pengukuran bisa menjadi alat evaluasi, kemampuan digital health literacy sebelum mulai mengkampanyekan informasi kesehatan. Agar jika mahasiswa dirasa tidak mampu, bisa dilakukan edukasi untuk meningkatkan kemampuan digital health literacy-nya sehingga  tidak ikut menyipratkan bensin ditengah ledakan hoax di bidang kesehatan.
Digital health literacy merupakan wajah baru literasi kesehatan di era digital yang terbukti berhubungan dengan status kesehatan dan perilaku kesehatan. Digital health literacy menjadi kunci atas penanganan hoax di bidang kesehatan. Jangan sampai, kita menjadi manusia yang menyebarkan hoax di bidang kesehatan dengan dalih kepedulian dan kasih sayang.
Berhenti dikamu, Jangan diteruskan.

Recent Comments