Oleh Dr.Vilda Ana Veria Setyawati, S.Gz , M.Gizi
🧑‍💼 Identitas Penulis
![]() |
Dr. Vilda Ana Veria Setyawati, S.Gz., M.Gizi Dosen Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Scopus ID: 58290762200 Sinta ID: 6094639 |
![]() |
Aprianti, S.KM., M.Kes (Editor) Dosen Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Sinta ID: 6742392 |
Ketika orang mendengar kata “stunting”, kebanyakan orang berpikir tentang balita—anak kecil yang lebih pendek dari rata-rata usianya. Akan tetapi dampak stunting pada anak sangat luas, tidak hanya lebih pendek dari teman sebayanya, perkembangan otak yang terganggu (kesulitan belajar dan gangguan kognitif), sistem kekebalan tubuh yang melemah sehingga rentan terhadap penyakit, dan peningkatan risiko penyakit tidak menular seperti diabetes dan penyakit jantung di masa dewasa. Stunting juga berdampak pada produktivitas dan kesejahteraan jangka panjang anak.
Akar penyebab stunting seringkali terlupa jika bermula jauh sebelum kehamilan – kembali ke masa remaja sang ibu. Gizi yang buruk selama masa remaja dapat memicu masalah kesehatan kronis, baik bagi perempuan maupun anak-anak di masa depan. Memahami kaitan penting ini, Dr. Vilda Ana Veria Setyawati, S.G.Z, M.Gizi dari Universitas Dian Nuswantoro telah menciptakan perangkat digital inovatif bernama ‘Prokes Rematri’, singkatan dari Profil Kesehatan Remaja Putri. Aplikasi berbasis web ini bertujuan untuk mendeteksi dan mengelola faktor risiko kekurangan gizi pada remaja perempuan, sebagai intervensi dini dan preventif terhadap stunting.
Mengapa Fokus pada Remaja Perempuan?
Di Indonesia, stunting mempengaruhi lebih dari satu dari lima balita.
Menurut Survei Status Gizi Indonesia 2023, prevalensi stunting masih di angka 21,5%, masih jauh dari target 14% pada tahun 2024.
Banyak yang tidak menyadari bahwa risiko stunting dimulai jauh sebelum kehamilan. Ketika remaja putri mengalami kekurangan gizi kronis, siklus ini dapat berlanjut ke generasi berikutnya.
Studi menunjukkan bahwa sekitar 42% remaja putri di Indonesia menderita kekurangan energi kronis atau anemia.
Kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi kehamilan dan berat badan bayi rendah. Bayi-bayi ini berisiko lebih tinggi mengalami stunting.
“Remaja putri yang sehat akan tumbuh menjadi ibu yang sehat, yang mampu melahirkan anak-anak yang kuat dan bergizi baik.”
Solusi Berbasis Web: Cerdas dan Sederhana
“Prokes Rematri” menawarkan pendekatan digital praktis untuk pemantauan kesehatan masyarakat. Aplikasi ini dapat diakses melalui
https://bigdata-prokes-rematri.dinus.ac.id/
tanpa perlu instalasi atau unduhan. Penggunanya sebagian besar adalah siswi SMA — isi kuesioner singkat yang mencakup: kebiasaan makan dan keragaman pangan, aktivitas fisik dan olahraga, konsumsi tablet zat besi, perilaku hidup bersih dan sehat, serta dukungan dari keluarga dan sekolah. Setelah itu, sistem secara otomatis mengkompilasi data dan menyajikan profil yang membantu mengidentifikasi risiko kekurangan gizi. Administrator sekolah dan petugas kesehatan masyarakat juga dapat mengakses dasbor untuk mendeteksi dan mengevaluasi status kesehatan remaja putri.
Ilmu di Balik Aplikasi
Konten aplikasi ini tidak dibuat secara acak — konten tersebut melalui proses penelitian ketat yang menggabungkan ilmu kesehatan masyarakat, ilmu gizi, dan statistik. Kuesioner awalnya berisi 73 item pertanyaan.
Dengan menggunakan teknik validasi statistik — Analisis Faktor Eksploratori (EFA) dan Analisis Faktor Konfirmatori (CFA)
— para peneliti menyempurnakannya menjadi 40 item tervalidasi yang didistribusikan ke empat domain utama:
- Praktik Gizi Remaja: termasuk aktivitas fisik teratur, pemantauan pola makan, dan pelacakan berat badan.
- Dukungan Lingkungan: peran keluarga dan sekolah dalam menjaga gizi seimbang.
- Pengetahuan Gizi: pemahaman tentang komposisi makanan, hidrasi, dan sumber nutrisi.
- Faktor Internal: motivasi, manajemen diri, dan perilaku kebersihan.
Validasi ini memastikan bahwa setiap pertanyaan mengukur dimensi kesehatan yang dimaksud secara tepat. Sistem ‘Prokes Rematri’ memiliki struktur multi-pengguna:
- Siswa berperan sebagai pengguna yang memasukkan data kesehatan mereka.
- Administrator front-end (guru atau petugas kesehatan sekolah) memantau partisipasi.
- Administrator back-end (pengembang) memelihara dan meningkatkan kinerja aplikasi.
Data yang terkumpul nantinya dapat dibagikan dengan sekolah, puskesmas setempat, dan dinas kesehatan kota/kabupaten, sehingga memungkinkan program gizi berbasis data. Fitur ini menjadikan aplikasi ini model yang dapat dikembangkan untuk implementasi skala yang lebih besar.
“Melalui aplikasi ini, kami ingin meningkatkan kesadaran bahwa pencegahan stunting tidak dimulai sejak lahir — tetapi dimulai dari remaja putri yang sehat.”
Literasi dan Pemberdayaan Generasi Berikutnya
Literasi sangat penting untuk mencegah stunting pada remaja karena membekali mereka dengan pengetahuan gizi dan kesehatan yang tepat, yang akan mereka terapkan sebagai orang tua di masa depan, sehingga memungkinkan mereka membentuk generasi masa depan yang lebih sehat. Literasi membantu remaja memahami pentingnya gizi seimbang, gaya hidup sehat, dan dampak anemia terhadap kesehatan reproduksi. Lebih dari sekadar aspek teknologi, ‘Prokes Rematri’ memiliki misi yang lebih mendalam: pemberdayaan. Program ini mendorong perempuan muda untuk memahami dan bertanggung jawab atas kesehatan mereka, membangun fondasi yang kuat untuk menjadi ibu di masa depan. Remaja yang sehat saat ini akan menghasilkan generasi yang bebas stunting di masa mendatang.
“Mencegah stunting bukan hanya sekadar memberikan makanan pada balita, ini tentang mendidik dan memberdayakan gadis remaja kita agar menjadi kuat, sehat, dan siap membesarkan generasi berikutnya.”



Recent Comments