🧑‍💼 Identitas Penulis
|
Dr. Ika Pantiawati, S.SiT., M.Kes Dosen Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Sinta ID: 6731736 |
|
Kismi Mubarokah, S.KM., M.Kes (Editor) Dosen Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Scopus ID: 57330903400 Sinta ID: 6144413 |
Stunting masih menghantui masa depan banyak anak Indonesia, meski beragam program pencegahan terus digulirkan. Masalah gizi kronis yang terjadi sejak dalam kandungan hingga usia dua tahun ini bukan sekadar soal tinggi badan; stunting memengaruhi kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit, hingga produktivitas seseorang saat dewasa. Dengan kata lain, stunting adalah ancaman jangka panjang bagi kualitas generasi bangsa.
Di beberapa daerah, kondisi ini bahkan lebih mengkhawatirkan. Kabupaten Banyumas, misalnya, mencatat hampir sepertiga anak balita mengalami stunting. Namun di balik tantangan itu, terdapat peluang besar: hampir semua ibu di wilayah tersebut menggunakan telepon seluler dan aktif berkomunikasi melalui WhatsApp. Kesederhanaan teknologi inilah yang kemudian dimanfaatkan peneliti untuk menciptakan WA-TESTA, sebuah model telemedicine berbasis pesan instan yang dirancang untuk mendampingi ibu dalam merawat anak stunting secara lebih dekat, cepat, dan mudah diakses.
Program inovatif ini memperkenalkan cara baru dalam memberikan edukasi gizi, memantau tumbuh kembang anak, dan memberikan rekomendasi praktis yang bisa langsung diterapkan di rumah. Dengan pendekatan digital yang bersahabat, WA-TESTA membuka peluang lahirnya solusi kesehatan yang efektif tanpa harus mengandalkan fasilitas kesehatan formal semata.
WA-TESTA: Mengubah WhatsApp Menjadi Media Edukasi
WA-TESTA bekerja dengan memanfaatkan fitur-fitur sederhana yang sudah akrab digunakan para ibu, mulai dari pesan teks, pesan suara, hingga berbagi foto atau video. Melalui platform ini, tenaga kesehatan dapat memberikan arahan yang dipersonalisasi, menjawab pertanyaan ibu secara cepat, serta memberikan umpan balik terhadap kondisi anak secara real-time. Bagi banyak ibu yang tinggal jauh dari puskesmas atau memiliki keterbatasan waktu untuk berkonsultasi langsung, pendekatan ini menjadi jembatan penting yang mempermudah mereka memperoleh informasi kesehatan yang akurat.
Tidak hanya itu, WA-TESTA juga menyajikan materi berupa infografik, video pendek, dan pesan edukatif yang dikirim secara berkala sehingga ibu dapat belajar dengan ritme mereka sendiri. Pola komunikasi dua arah ini membantu membangun rasa percaya diri ibu dalam menerapkan praktik pemberian makan yang benar, mengenali tanda-tanda resiko masalah gizi, dan melakukan stimulasi perkembangan anak di rumah. Dalam banyak kasus, dukungan psikologis yang diberikan melalui interaksi rutin ini juga terbukti meningkatkan motivasi ibu untuk lebih konsisten menjalankan rekomendasi perawatan.
Pendekatan ini memberikan nuansa baru dalam pendampingan kesehatan anak yang lebih personal, lebih mudah dijangkau, dan lebih adaptif terhadap kebutuhan masing-masing keluarga. Dengan memanfaatkan teknologi yang sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. WA-TESTA membuktikan bahwa inovasi digital tidak harus rumit untuk memberikan dampak signifikan, yang terpenting adalah bagaimana teknologi tersebut diterjemahkan menjadi alat bantu perubahan perilaku yang konkrit dan berkelanjutan.
Mencegah stunting sebenarnya bukan hanya soal menyediakan makanan bergizi. Ada rangkaian pengetahuan dan keterampilan yang perlu dimiliki orang tua dan calon orang tua. Inilah empat aspek literasi kesehatan yang paling penting untuk dipahami masyarakat:
- Pengetahuan gizi
Orang tua perlu memahami kebutuhan nutrisi sejak kehamilan, pentingnya ASI eksklusif, dan pemberian MPASI yang kaya protein hewani agar anak tumbuh optimal. - Pola asuh
Pemantauan tumbuh kembang secara rutin serta penerapan pola asuh yang tepat membantu memastikan kebutuhan gizi dan kesehatan anak terpenuhi. - Akses informasi kesehatan
Kemampuan mencari informasi dari sumber terpercaya dan memilah mana yang benar sangat penting agar orang tua dapat mengambil keputusan kesehatan yang tepat. - Kesehatan reproduksi dan sanitasi
Pemahaman tentang kesehatan reproduksi – terutama untuk mencegah pernikahan dini – serta kebiasaan menjaga kebersihan dan sanitasi dapat mencegah infeksi dan mendukung pertumbuhan anak.
Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh dosen Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro, Dr. Ika Pantiawati di Kabupaten Banyumas membuktikan bahwa inovasi sederhana namun tepat sasaran ini dapat membawa perubahan besar. Tujuannya sederhana: memberikan edukasi dan pendampingan gizi secara rutin melalui WhatsApp.
Selama tiga bulan, para ibu yang menjadi peserta program WA-TESTA menerima sejumlah fitur layanan yang sederhana namun sangat membantu. Fitur-fitur tersebut meliputi:
- Laporan Bulanan
Setiap bulan, ibu mengirimkan data tinggi dan berat badan anak. Sistem kemudian mengolahnya secara otomatis untuk menilai status gizi dan memberikan gambaran perkembangan terbaru. - Laporan Mingguan
Setiap minggu, ibu melaporkan jenis makanan yang dikonsumsi anak, mulai dari karbohidrat, lauk pauk, sayur, buah, hingga susu dan camilan sehat lainnya. - Edukasi Terjadwal
Melalui pesan WhatsApp, ibu menerima materi edukasi yang dikirim secara teratur, meliputi:- Penyebab dan pencegahan stunting,
- ASI eksklusif,
- MPASI bergizi,
- Imunisasi,
- Kebersihan dan sanitasi,
- Pemenuhan vitamin dan mineral.
- Menu Diagnosa dan Rekomendasi
Setelah data terisi, sistem akan memberi rekomendasi edukasi yang paling sesuai dengan kondisi anak, semacam “asisten digital” bagi para ibu. - Fitur Konsultasi
Ibu dapat berkonsultasi langsung dengan bidan melalui menu khusus yang otomatis menghubungkan keduanya. Fitur ini menjadi favorit karena memberikan rasa aman, terutama bagi ibu yang tinggal jauh dari fasilitas kesehatan.
Semua fitur tersebut didesain agar mudah dipahami. Meski begitu, penelitian juga mencatat bahwa masih ada beberapa bagian aplikasi yang perlu disempurnakan agar lebih nyaman digunakan.
Seberapa Efektif WA-TESTA Menurunkan Stunting?
Penelitian dilakukan di sepuluh locus stunting di Kabupaten Banyumas. Total ada 202 ibu yang memiliki anak stunting berpartisipasi. Separuh diantaranya menggunakan WA-TESTA sebagai kelompok intervensi, sementara separuh lainnya menjadi kelompok kontrol tanpa pendampingan digital.
Hasilnya sangat menarik dan memberi banyak harapan. Ibu yang menggunakan WA-TESTA menunjukkan peningkatan pengetahuan jauh lebih besar dibanding kelompok kontrol. Mereka lebih memahami tentang pengertian stunting, pentingnya makanan untuk tumbuh kembang, pentingnya sanitasi, serta cara memantau perkembangan anak. Ibu pada kelompok intervensi menjadi lebih peduli, lebih yakin, dan memiliki komitmen yang lebih kuat untuk mencegah stunting. Sikap yang positif ini sangat penting, karena sikap seringkali mempengaruhi perilaku pengasuhan sehari-hari.
Setelah tiga bulan, ibu pengguna WA-TESTA menunjukkan perubahan nyata dalam praktik harian, seperti:
- Memberikan makanan lebih beragam,
- Memperhatikan tekstur dan porsi,
- Memantau tumbuh kembang secara rutin,
- Dan lebih sering memeriksakan kesehatan anak.
Sedangkan pada kelompok kontrol atau kelompok yang tidak tidak mendapatkan intervensi WA-TESTA, tidak mengalami perubahan signifikan. Inilah temuan paling menggembirakan: setelah tiga bulan pendampingan, proporsi anak dengan kategori “sangat pendek” menurun. Banyak yang berpindah ke kategori “pendek” atau bahkan “normal”. Temuan ini menunjukkan bahwa pendampingan yang tepat, meskipun singkat, dapat memberikan perubahan positif. Walau stunting tidak bisa pulih dalam waktu singkat, perbaikan awal ini adalah langkah besar.
Penelitian ini menunjukkan bahwa telemedicine berbasis WhatsApp dapat menjadi terobosan efektif dalam upaya menurunkan angka stunting di Indonesia. Walaupun terdapat variabel perancu seperti pekerjaan dan penghasilan ayah, WA-TESTA tetap terbukti mampu meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktik ibu dalam merawat anak stunting. Bahkan, dalam waktu tiga bulan saja, terlihat perbaikan nyata pada status gizi anak.
Di tengah tantangan besar stunting nasional, inovasi sederhana seperti ini membawa harapan baru. Dengan memanfaatkan teknologi yang sudah sangat familiar dan pendekatan edukasi yang konsisten, kita dapat membantu lebih banyak anak Indonesia tumbuh sehat, berkembang optimal, dan terhindar dari stunting.

Recent Comments