AHLA (Asian Heath Literacy Association) Indonesia mengadakan seminar daring dengan tema “Health Literacy & Respon terhadap COVID-19” yang diadakan pada 22 April 2020. Narasumber pada seminar daring ini ialah Dr. Guruh Fajar Shidik, S.Kom, M.Cs. (Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro), Dr. Dian Kusuma (Global Health Expert, Imperial College London) dan Sadono Wiwoho, S.KM, M.Kes (Epid) (Ketua Pengda Persakmi Jawa Tengah). Peserta pada seminar daring ini berjumlah 175 orang dan menggunakan media google meet. Moderator pada seminar daring ini adalah Sri Handayani, SKM, M.KES (Direktur AHLA Indonesia Office-Udinus).

Dr. Guruh Fajar Shidik membuka seminar daring dengan topik prediksi Covid-19 dengan pendekatan SEIR dan Machine Learning. Pendekatan SEIR dan Machine Learning digunakan untuk memprediksi masa puncak dan penurunan kasus Covid-19. Pendekatan SEIR merupakan model matematika yang digunakan dalam melakukan prediksi terhadap penyakit epidemis. Berdasakan pendekatan SEIR, Covid-19 di Indonesia akan mengalami penurunan pada bulan Mei, dengan pertimbangan intervensi yang baik. Intervensi yang baik dapat dilakukan dengan tetap melakukan kerja dari rumah dan beberapa intervensi yang berhubungan dengan pencegahan penularan Covid-19. Kendala pada Pendekatan SEIR untuk memprediksi Covid-19 di Indonesia ialah penetapan paramater yang digunakan. Paramater pada SEIR yaitu kontrol tingkat penyebaran, tingkat inkubasi dan tingkat pemulihan. Masukan data yang tepat terkait dengan Covid-19 di Indonesia akan meningkatkan keakuratan pada Pendekatan SEIR ini.

Pendekatan Machine Learning digunakan untuk memprediksi kasus Covid-19 dengan memanfaatkan data yang telah tersedia. Data yang tersedia dalam jumlah banyak akan meningkatkan keakuratan dalam penggunaan pendekatan Machine Learning ini. Pendekatan Machine Learning menggunakan tools Rapid Miner. Sumber data dalam memprediksi Covid-19 yaitu data yang dibagikan oleh John Hopkins University yang tersedia melalui laman web. Hasil prediksi kasus Covid-19 di Indonesia menggunakan pendekatan Machine Learning metode linear regresi yaitu pada tanggal 21 April 2020 terdapat 3530 kasus positif, 285 pasien sembuh, 279 pasien meninggal dan pada ploting data mengalami peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia. Hal-hal lain yang juga dapat diprediksi menggunakan Machine Learning ini ialah dalam mengkaji hubungan antara faktor mudik dengan penyebaran kasus Covid-19. Dr. Guruh Fajar Shidik menutup topik prediksi Covid-19 dengan kesimpulan bahwa Pendekatan SEIR dan Machine Leaning dapat dimanfaatkan untuk memprediksi masa puncak kasus dan kemungkinan penurunannya. Kekurangan pada pendekatan ini ialah apabila data yang tersedia tidak cukup banyak akan dapat menurunkan keakuratan data hasil prediksi kasus Covid-19 di Indonesia.

Pembicara selanjutnya ialah Dr. Dian Kusuma dari Global Health Expert, Imperial College London. Topik yang dibahas ialah Health Literacy dan Covid-19. Kemampuan literasi pihak otoritas ( Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, instansi terkait ) dalam merespon Covid-19 menjadi kajian pembuka pada topik ini. Pesan Komunikasi kepada Masyarakat oleh otoritas tertinggi dibidang kesehatan pada awal kasus yaitu Covid-19 bukanlah penyakit yang berbahaya. Pesan ini yang ditangkap oleh masyarakat dan mempengaruhi literasi mereka dalam memilih keputusan. Pesan komunikasi oleh otoritas tertinggi bidang kesehatan mengenai resiko Covid-19 pada awal kasus masih dinilai kurang. Dampak dari pesan komunikasi ini ialah kebingungan masyarakat dan pemerintah daerah. Kebingungan juga melanda pada level nasional, dimana terdapat perbedaan pesan. Pesan-pesan tersebut akhirnya direkam oleh masyarakat untuk memutuskan tindakan apa yang akan mereka ambil. Kejadian tersebut juga melanda Amerika Serikat, walaupun banyak ahli yang telah memperingatkan tentang bahaya Covid-19. Otoritas tertinggi terkesan meremehkan Covid-9 pada awal kasus. Hal ini lah yang berdampak pada penolakan masyarakat ketika penerapan lockdown di beberapa tempat di Amerika Serikat. Respon pada penolakan masyarakat juga dilakukan otoritas tertinggi dengan cara membela diri atau menyerang balik penolakan. Sehingga, kebingungan masyarakat juga semakin bertambah.

Peran dari health literacy ialah untuk mengatasi kebingungan tersebut. Jerman telah membuktikan bahwa peran health literacy telah diterapkan oleh pemimpin tertingginya. Angela Merkel sebagai pemimpin tertinggi Jerman muncul di media televisi dan mengatakan bahwa Covid-19 adalah tantangan tebesar Jerman setelah perang dunia kedua. Pesan yang disampaikan oleh Merkel pada tanggal 18 Maret 2020 telah didahului dengan penutupan sekolah dan pelarangan untuk mengunjungi panti jompo (lansia sebagai kelompok rentan) pada tanggal 13 Maret 2020 di Jerman. Pada tanggal 22 Maret 2020, Jerman telah resmi untuk menerapkan lockdown. Masyarakat kemudian merekam pesan tersebut dan mengambil keputusan yang tepat dalam merespon Covid-19 ini. Komunikasi yang jelas dan tegas oleh otoritas tertinggi adalah sebuah kebutuhan masyarakat dalam merespon Covid-19 ini.

Health literacy yang baik dibutuhkan dalam strategi respon Covid-19 ini. Pemahaman dan komitmen besar dari pemerintah pusat, daerah dan masyarakat mutlak diperlukan.  Dr. Dian Kusuma juga membagikan 3 strategi utama respon Covid-19. Strategi tersebut yaitu melakukan test secara massal, menurunkan kematian di rumah sakit dan mengurangi penularan di masyarakat. Strategi mengurangi penularan di masyarakat membutuhkan peran health literacy yang tinggi dalam mempengaruhi keputusan yang diambil. Health literacy dan kebijakan pemerintah menjadi faktor penentu dalam pengambilan keputusan masyarakat merespon Covid-19. Dr. Dian Kusuma menutup topik bahasan dengan memaparkan beberapa kajian dari beberapa negara mengenai pentingnya test secara massal dalam mendeteksi dini, mengetahui besaran masalah dan pertimbangan untuk penentuan PSBB.

Pembicara terakhir ialah Sadono Wiwoho, S.KM, M.Kes (Epid) sebagai Ketua Pengurus Daerah Persatuan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Jawa Tengah. Topik bahasan yang disampaikan ialah penanganan Covid-19 pada aspek kesehatan masyarakat. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan terdiri atas 5 level. Pertama adalah upaya promosi kesehatan. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait dengan penyakit Covid-19. Kedua adalah upaya perlindungan khusus. Upaya ini juga membutuhkan upaya dari promosi kesehatan. Ketiga adalah upaya deteksi dini dan pengobatan yang tepat. Upaya ini berhubungan dengan upaya test secara massal. Keempat dan kelima ialah upaya pemberantasan akibat buruk dan upaya rehabilitasi.

Pencegahan secara spesifik juga dijelaskan oleh Sadono Wiwoho, S.KM, M.Kes (Epid). Pencegahan individu terdiri dari mencuci tangan, menghindari menyentuh bagian wajah, jangan berjabat tangan, menghindari interaksi fisik, menutup mulut saat batuk atau bersin, mengganti baju lalu mandi apabila dari bepergian dan membersihkan atau memberikan desinfektan secara berkala pada benda yang paling sering disentuh. Pencegahan pada level masyarakat terdiri dari melakukan PHBS, tidak berdekatan atau berkumpul di keramaian, tidak menyelenggarakan kegiatan/pertemuan yang melibatkan banyak peserta, menghindari melakukan perjalanan ke luar kota atau ke luar negeri, mengurangi berkunjung ke rumah kerabat  dan mengurangi menerima kunjungan tamu, mengurangi frekuensi berbelanja, menerapkan Work From Home, menjaga jarak minimal 1 meter, tetap dirumah dan melaksanakan ibadah dari rumah. Pencegahan pada level tempat kerja terdiri dari melakukan pemeriksaan suhu tubuh disetiap pintu masuk, PHBS di tempat kerja, memastikan seluruh area kerja telah bersih dan higienis, mengoptimalkan sirkulasi udara di tempat kerja, menyediakan tissu dan masker bagi pekerja, menginformasikan dan mengedukasi kepada pekerja untuk menerapkan PHBS, melakukan sosialisasi tentang protokol isolasi diri, memasang pesan-pesan kesehatan di tempat-tempat strategis, melakukan hierarki pengendalian risiko penularan Covid-19, memberikan kebijakan kepada pekerja untuk beristirahat atau bekerja di rumah dan memperketat penggunaan alat pelindung diri (masker).

Sadono Wiwoho, S.KM, M.Kes (Epid) juga menjelaskan mengenai aspek epidemiologis dalam penentuan PSBB. Peningkatan jumlah kasus dan penyebaran kasus menurut waktu serta kejadian transmisi lokal menjadi pertimbangan diterapkannya PSBB pada suatu daerah. Rekomendasi dalam penanggulangan Covid-19 menjadi topik penutup yang disampaikan oleh Sadono Wiwoho, S.KM, M.Kes (Epid). Rekomendasi tersebut yaitu tenaga kesehatan masyarakat mengambil peran aktif dalam penanggulangan, elemen masyarakat melakukan penerapan PHBS, meningkatkan peran kampus sebagai edukator, penerapan PSBB dengan persyaratan kasus dan kesiapan daerah, meningkatkan peran puskesmas dan dinas kesehatan dalam melakukan tracking dan komunikasi risiko kepada masyarakat, mempersiapkan rs darurat dan rujukan serta menghindari stigma terhadap ODP, PDP, Covid-19 dan jenazah COVID-19.

Pada sesi terakhir seminar daring ini, peserta diberikan kesempatan untuk bertanya terkait materi yang telah disampaikan oleh ketiga pembicara tersebut. Pertanyaan oleh peserta seminar kemudian langsung dijawab oleh pembicara yang bersangkutan. Seminar daring Health Literacy & Respon terhadap COVID-19 ditutup oleh moderator Sri Handayani, SKM, M.KES dengan membacakan beberapa rangkuman. Rangkuman seminar daring ini yaitu dibutuhkan ketersediaan data untuk menganalisis besaran masalah yang akan dihadapi, melakukan test secara massal, menurunkan kematian, peningkatan health literacy dan melakukan pencegahan dibeberapa level.